Metode Pengeringan Gabah Padi Agar Cepat Kering

Setelah dipanen, gabah padi perlu dirontokkan, dikeringkan, dan digiling terlebih dahulu sebelum dipasarkan. Pengeringan bertujuan untuk mengurangi kadar air gabah sehingga aman dari perkembangbiakan serangga dan mikroorganisme seperti jamur dan bakteri. Kegiatan ini dilakukan sesegera mungkin setelah panen. Ada dua cara untuk mengeringkan padi, yaitu secara alami dan buatan.

Pengeringan Alami

Gabah padi dapat dikeringkan secara alami dengan cara dijemur atau diangin-anginkan. Pengeringan ini dapat dilakukan di atas lantai (lamporan), di atas rak, dengan ikatan-ikatan ditumpuk, dengan ikatan-ikatan diberdirikan, atau dengan memakai tonggak. Energi matahari dimanfaatkan untuk mengeluarkan air dari dalam gabah.

Cara penjemuran adalah dengan menghamparkan padi di lampiran atau rak setipis mungkin. Beri lapisan pada lantai terlebih dahulu setebal 5-7 cm untuk efisiensi dan mengurangi pengaruh panas. Letakkan gabah di tempat terbuka yang terkena sinar matahari langsung. Pengeringan tersebut dilakukan selama 1-3 hari tergantung dengan teriknya sinar matahari. Penjemuran sendiri sebaiknya dilakukan pukul 07.00-16.00 atau tergantung pada intensitas cahaya sinar matahari. Lakukan pembalikan beberapa kali selama masa penjemuran. Setelah penjemuran selesai, sebaiknya gabah ditutup dengan plastik atau seng agar terhindar dari embun maupun hujan di malam hari.

Metode pengeringan alami memiliki kelebihan, yaitu biaya energi murah dan lebih mudah dilakukan. Namun, cara ini juga memiliki kekurangan karena memerlukan banyak tenaga kerja untuk menebarkan, membalik, dan mengumpulkan kembali gabah. Pengeringan secara alami juga sangat bergantung pada cuaca, memerlukan lahan yang luas, suhu dan laju pengeringan tidak bisa diatur, serta mudah terkontaminasi oleh penyakit dan kotoran.

Pengeringan Buatan

Pengeringan buatan dilakukan sebagai alternatif apabila penjemuran dengan sinar matahari tidak dapat dilakukan. Terdapat dua jenis pengeringan buatan, yaitu bed drying dan continuous drying. Cara ini memiliki kelemahan, yaitu Bed drying yang populer di Indonesia adalah model “box” atau kotak. Kotak tersebut dikenal dengan nama **FBD (Flat Bed Type Dryer). Cara ini memiliki kelemahan, yaitu keterbatasan ketebalan lapisan gabah yang dikeringkan dan masih membutuhkan banyak tenaga kerja untuk mengisi dan mengeluarkan gabah.

Continuous drying dilakukan dengan mengalirkan gabah secara terus-menerus selama proses pengeringan. Gabah mengalir dengan cara cross and counter flow system dan pada waktu yang sama bertemu dengan udara pengering. Alat pengering ini telah banyak dimodifikasi dalam berbagai ukuran dan kapasitas. Alat tersebut juga dilengkapi dengan berbagai peralatan atau instrumen dan kontrol (panel pengendali modern). Kelebihan dari sistem ini adalah dapat diaplikasikan pada lahan yang terbatas, mutu produk yang dihasilkan baik dan seragam, kontinuitas produksi terjamin, dapat dioperasikan pada siang dan malam hari, pemantauan dapat dilakukan sehingga kadar air gabah dapat dikontrol. Namun, alat ini memerlukan biaya investasi dan operasional yang tinggi.

Perlu dilakukan pemantauan yang baik selama pengeringan padi, baik secara alami atau buatan. Cara pengeringan yang salah dapat menyebabkan **case hardening (bagian luar sudah kering tetapi bagian dalam belum), keretakan atau pecah pada gabah, atau tidak meratanya hasil pengeringan. Sebelum itu, jangan lupa lakukan praktik budidaya yang baik agar hasilnya maksimal