Pendidikan dan peningkatan kapabilitas agronomis petani memegang peranan vital dalam mendorong produktivitas sektor pertanian dan menjamin kesejahteraan petani, yang pada gilirannya secara langsung mendukung stabilitas ketahanan pangan nasional. Dalam konteks ini, Syngenta Indonesia, sebuah entitas agrokimia terkemuka yang berdedikasi pada pengembangan solusi perlindungan tanaman dan varietas benih jagung hibrida unggul, telah menginisiasi program **Learning Centers** yang kini tersebar di 24 lokasi strategis di seluruh Indonesia.Learning Centers Syngenta dirancang sebagai platform esensial untuk menjembatani kesenjangan pengetahuan dan keterampilan praktis di antara pelaku pertanian. Setiap pusat pembelajaran ini berfokus pada uji coba dan demonstrasi praktik budidaya tanaman spesifik, meliputi komoditas vital seperti padi, jagung, daun bawang, cabai, serta aneka jenis hortikultura. Petani secara langsung dapat mengobservasi dan menginternalisasi implementasi praktik pertanian yang baik (Good Agricultural Practices/GAP) dan prinsip-prinsip pertanian berkelanjutan (Sustainable Agriculture Practices), serta mengevaluasi efektivitas teknologi Syngenta dalam menghadapi tantangan agronomis modern. Pendekatan imersif ini diharapkan dapat mengkatalisasi peningkatan kepercayaan dan akselerasi adopsi inovasi di tingkat petani, sebuah strategi krusial demi keberlanjutan jangka panjang sektor pertanian.Selain itu, Learning Centers Syngenta juga berfungsi sebagai fasilitas terbuka bagi kunjungan mitra strategis, komunitas agrikultur, institusi pendidikan, lembaga pemerintah, dan organisasi terkait lainnya. Bagi kalangan akademisi, khususnya mahasiswa ilmu pertanian, pusat pembelajaran ini berperan dalam pengembangan pemahaman mendalam tentang praktik pertanian berkelanjutan, dengan penekanan khusus pada aspek kesehatan tanah. Sebagai contoh, Dimas, seorang mahasiswa dari Universitas Sumatera Utara (USU), mengemukakan bahwa partisipasi di Learning Centers Syngenta memberinya kesempatan berharga untuk pembelajaran langsung di lapangan dan kolaborasi tim. Mereka dibekali dengan keahlian analitis untuk mengevaluasi kondisi tanah serta merumuskan strategi rehabilitasi dan pemeliharaan kesehatan tanah, termasuk penanganan terpadu hama dan penyakit tanaman yang inheren dengan kondisi tanah. Sinergi antara Learning Centers dan institusi pendidikan seperti USU terbukti memberikan dampak positif substansial terhadap kualitas kurikulum dan pengalaman belajar.**Dampak Positif dan Jangkauan Luas Inisiatif Learning Centers**Sejak didirikan, Learning Centers Syngenta telah mengukir dampak positif yang signifikan. Lebih dari 650 uji coba inovasi teknologi baru Syngenta telah berhasil dilaksanakan. Secara tahunan, pusat-pusat pembelajaran ini berhasil menjangkau lebih dari 17.000 petani, sebuah angka yang diproyeksikan akan terus meningkat. Syngenta juga memanfaatkan platform digital dengan memproduksi konten video edukasi yang diunggah di media sosial. Konten-konten ini mencakup panduan budidaya tanaman yang optimal, demonstrasi penggunaan teknologi pertanian Syngenta, dan testimoni langsung dari petani. Melalui kanal digital ini, edukasi pertanian telah menjangkau lebih dari 15 juta petani di seluruh Indonesia, berkontribusi signifikan pada peningkatan literasi agronomis mereka.Testimoni dari petani penerima manfaat, seperti Darta Ego dari Subang, menggarisbawahi efektivitas program ini dalam mentransfer pengetahuan praktis kepada petani. “Petani menjadi lebih memahami metode budidaya tanaman yang tepat,” ungkapnya. Senada dengan Darta Ego, Romin dari Desa Jatibaru, Subang, Jawa Barat, termotivasi untuk mendesiminasikan pengetahuannya kepada petani lain. Beni, seorang petani jagung dari Boyolali, Jawa Tengah, juga menyoroti manfaat dari pelatihan teknis budidaya jagung yang baik dan benar, termasuk pengenalan jenis gulma, hama, penyakit penting, serta teknik perlakuan benih (seed treatment) yang efektif.**Mendorong Implementasi Pertanian Berkelanjutan**Fokus utama Learning Centers Syngenta adalah memperkuat kapasitas petani dalam mengadopsi praktik pertanian berkelanjutan. Hal ini krusial untuk menjamin kesinambungan produksi pangan sambil melestarikan lingkungan dan sumber daya alam, sehingga pasokan pangan yang stabil dan berkelanjutan dapat terjamin bagi generasi saat ini dan masa depan.Berbagai praktik pertanian berkelanjutan, di luar pendekatan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) konvensional, telah diperkenalkan dan diimplementasikan di Learning Centers Syngenta. Untuk tanaman padi, misalnya, petani diedukasi mengenai pengelolaan jerami, aplikasi bio-arang, dan inovasi dalam manajemen air. Inisiatif ini bertujuan agar petani dapat menerapkan prinsip-prinsip pertanian berkelanjutan yang menjaga kesehatan tanah serta mereduksi emisi gas rumah kaca.Pada sektor hortikultura, praktik yang diperkenalkan menekankan pemahaman tentang pemeliharaan keanekaragaman hayati (biodiversitas) sembari mempertahankan tingkat produktivitas. Petani diajak untuk memahami metode pengaturan lanskap pertanian yang mendukung keanekaragaman hayati melalui penanaman tanaman refugia, identifikasi serangga bermanfaat, dan pemanfaatan musuh alami dalam sistem pengendalian terpadu. Lebih lanjut, Syngenta juga mengedukasi petani mengenai pemanfaatan burung hantu (Tyto alba) sebagai agen pengendali hayati untuk mengatasi populasi tikus pada pertanaman jagung. Melalui inisiatif ini, petani diharapkan dapat menginternalisasi peran esensial mereka dalam menjaga produktivitas pertanian secara ekologis berkelanjutan.Pemanfaatan silase juga menjadi komponen krusial dalam edukasi keberlanjutan. Praktik ini mendukung ketersediaan pakan ternak berkualitas sepanjang tahun dan meminimalkan limbah pertanian dengan mengolah hasil samping tanaman jagung menjadi sumber nutrisi bernilai tinggi. Learning Centers Syngenta memainkan peran sentral dalam mengedukasi petani mengenai seleksi varietas jagung yang paling sesuai untuk produksi silase. Tomo, petani dari Klaten, menyatakan bahwa ia memperoleh informasi komprehensif tidak hanya tentang produk benih jagung NK, tetapi juga dapat mengobservasi langsung karakteristik penanaman, morfologi tongkol, dan segmentasi yang sesuai dengan kondisi lahan di Learning Centers Syngenta. Hal ini memberdayakan petani dalam memilih varietas benih jagung yang optimal, baik dari aspek resistensi terhadap penyakit bulai atau busuk batang, adaptabilitas terhadap lahan kering, maupun potensi hasil produksi tinggi untuk kebutuhan silase.**Adopsi Inovasi Agroteknologi Mutakhir**Inovasi di bidang pertanian juga secara aktif diimplementasikan di Learning Centers Syngenta. Penggunaan input pertanian secara presisi dan efisien telah diujicobakan melalui pemanfaatan teknologi drone dan implementasi konsep Internet of Things (IoT) dalam praktik budidaya. Selain itu, petani diperkenalkan dengan aplikasi **Cropwise**, sebuah alat digital yang membantu dalam perencanaan kegiatan budidaya secara optimal untuk lebih dari 11 jenis tanaman pertanian.Melalui pendekatan holistik dan kolaborasi multipihak, Syngenta menegaskan komitmennya untuk membangun sektor pertanian yang tidak hanya produktif, tetapi juga harmonis dengan ekosistem alam. Visi pertanian berkelanjutan yang berlandaskan pada ketahanan pangan dan pelestarian lingkungan ini dapat direalisasikan. Inisiatif ini selaras dengan filosofi **Petani MAJU Syngenta Indonesia**, yang mewujudkan semangat “Joint Effort in Sustainability” – sebuah upaya kolektif berbagai pihak untuk mengatasi kompleksitas tantangan keberlanjutan dalam bidang pertanian. Sinergi antar sektor ini berpotensi besar untuk menciptakan solusi yang lebih komprehensif dan berkelanjutan dalam jangka panjang. Rincian lebih lanjut mengenai komitmen Syngenta Indonesia terhadap pertanian berkelanjutan dapat diakses dalam dokumen “Sustainability Commitment” yang tersedia di laman resmi Syngenta Indonesia (syngenta.co.id).
