Salah Satu Hal yang Dilakukan Petani Menghadapi Perubahan Iklim

Perubahan iklim bisa benar-benar mengubah pertanian kita. Namun telah ada beberapa upaya yang dilakukan seperti adaptasi dan mitigasi guna meminimalkan dampak perubahan iklim.

Curah hujan adalah faktor yang sangat memengaruhi hasil panen petani kita. Curah hujan yang sulit ditebak menyebabkan pergeseran pola tanam dan panen para petani. Imbasnya produksi terganggu dan dampak sosial ekonomi kita rasakan sendiri, tidak hanya oleh petani.

Komoditas subsektor hortikultura seperti sayuran dan buah semusim termasuk paling rentan terdampak perubahan iklim. Hal ini ditandai bahwa musim panen tidak lagi dapat ditebak. Kalian mungkin tidak sadar? Tapi para petani paham betul hal ini.

Contoh beberapa komoditas yang sangat menjadi perhatian, adalah cabai, bawang merah, tomat, melon, dan bawang putih. Nah, salah satu kunci keberhasilan adaptasi dan mitigasi iklim bagi para petani adalah rekayasa ketersediaan air. “Bagaimana para petani di lahan mengelola air saat berlimpah atau sebaliknya saat air sangat minim”.

Ditjen Hortikultura telah mengembangkan model irigasi hemat air melalui teknologi sprinkle dan irigasi tetes (drip irrigation). Embung reservoir juga dibangun di lahan untuk menampung air di musim penghujan.

Penggunaan pupuk asal bahan organik juga sangat disarankan karena terbukti meningkatkan kemampuan tanah mengikat air. Selain itu, seluruh limbah panen dianjurkan untuk dikembalikan ke tanah sebagai bahan kompos. Jangan sampai, kita yang terdampak perubahan iklim namun kita juga yang menjadi bagian memperparah dampaknya.

Para petani pun mulai teredukasi untuk mengoptimalisasi pemanfaatan lahan agar keberlangsungan budidaya pertanian dapat terus dijaga.