Memasuki era industri 4.0 sepertinya menyebabkan trend budidaya tanpa tanah kian meningkat. Fase awal dari era industri 4.0 secara sederhana dapat ditunjukkan dengan mulai meluasnya penerapan kombinasi teknologi dan otomatisasi mesin yang terintegrasi dengan jaringan internet.
Konsep otomatisasi ini tentu saja semakin memudahkan kegiatan budidaya tanaman tanpa tanah, khususnya aeroponik.
Jika ditinjau dari segi bahasa aeroponik berasal dari kata aero dan ponus. Aero berarti udara dan ponus adalah istilah mengenai daya.
Sesuai dengan namanya, sistem aeroponik adalah sitem budidaya tanaman di udara, dengan pencukupan kebutuhan nutrisi tanaman yang berasal dari larutan hara yang disemprotkan pada akar tanaman secara berkala. Penyemprotan secara berkala ini umumnya dilakukan secara otomatis dengan bantuan pompa dan sistem irigasi sprinkle yang memiliki variasi tekanan air cukup beragam.
Sistem aeroponik sendiri banyak digunakan dalam budidaya tanaman sayuran, seperti: kentang dan selada.
Salah satu skema dari sitem aeroponik dapat anda lihat pada gambar berikut.
Gambar diatas secara sederhana menunjukkan bagaimana cara kerja dari sistem aeroponik.
Perlu diketahui dalam penerapan sistem aeroponik usahakan agar tanaman budidaya mendapat penyinaran yang cukup untuk medukung berlangsungnya proses fotosintesis. Penyinaran yang digunakan dapat berasal dari cahaya matahari langsung maupun menggunakan grow light. Grow light yang digunakan dapat digunakan disesuaikan dengan fase pertumbuhan tanaman serta ketersedian budget dari pelaku budidaya tanaman.
Selain itu dalam penerapan sistem aeroponik perlu dipastikan pula bahwa akar tanaman memperoleh cukup udara, air, dan nutrisi.
Konsep bertanam di udara pada sistem aeroponik tentu memiliki berbagai sisi positif, beberapa manfaat dari sistem aeroponik adalah:
- Meningkatkan pertumbuhan tanaman melalui ketersediaan oksigen pada akar. Ketersediaan oksigen yang cukup pada daerah perakaran akan merangsang proses respirasi pada akar. Bila proses respirasi akar optimal, maka nutrisi atau yang diberikan dapat diserap secara maksimal oleh akar tanaman (Fauzi dkk., 2013).
- Penggunaan lahan minim untuk budidaya tanaman dalam jumlah besar. Sistem aeroponik yang berada dalam ruangan umumnya dapat disusun secara vertikal. Penyusunan secara vertikal ini tentu saja menyebabkan populasi dari tanaman dapat dilipatgandakan tanpa perlu melakukan ekspansi atau perluasan lahan. Konsep aeroponik vertikal dapat anda lihat lebih, dalam artikel yang ditulis oleh Zieger (2005).
- Lebih hemat dalam penggunaan air. Sistem aeroponik diketahui menggunakan air kurang dari 10% sitem pertanian konvesional (Shaerkey dan Ernst, 2017). Fakta ini tentu sangat cocok untuk mendukung proses pertanian yang lebih berkelanjutan mengingat terbatasnya ketersediaan air dunia.
- Proses panen yang cukup mudah.
Walaupun memiliki banyak keunggulan, sistem aeroponik tentu masih memiliki beberapa kelemahan yang bersifat umum, diantaranya: Memerlukan keahlian khusus dan penggunaan modal awal yang cukup besar.
Bagi anda yang tertarik untuk melakukan budidaya tanaman dengan sistem aeroponik, ada baiknya jika anda memulainya secara sederhana terlebih dahulu. Bagaimana caranya? Simak video karya Peter Stanley berikut.
Sumber : Erani
Leave a Reply